Back to Home

Insight

Pengertian Krisis Moneter: Ciri, Penyebab, dan Dampaknya di Indonesia

BY
Regita Larasati

Regita Larasati

Content Strategic Associate

Regita adalah seorang Content Strategist dan Copywriter yang memulai karirnya sebagai Marketing Intern di TapTalk.io pada tahun 2021 dan secara konsisten menunjukkan dedikasinya hingga mencapai posisinya sekarang. Dengan memanfaatkan latar belakang pendidikan Sastra Jerman dari Universitas Indonesia yang memberinya kemampuan analitis dan kreatif dalam mengembangkan strategi konten yang efektif serta menulis copy yang menarik, menjadikannya aset berharga dalam membangun image dan komunikasi brand di berbagai platform digital.

Krisis moneter merupakan salah satu dilema ekonomi yang kompleks dan berdampak serius terhadap stabilitas sebuah negara, termasuk Indonesia. Keadaan ini seringkali ditandai dengan pelemahan nilai tukar mata uang, penurunan cadangan devisa yang signifikan, dan ketidakstabilan di pasar keuangan.

Untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif, artikel ini akan membahas konsep krisis moneter, karakteristik utamanya, serta faktor-faktor pemicu terjadinya krisis tersebut.

Key Takeaways:

  • Krisis moneter merupakan salah satu dilema ekonomi yang kompleks dan berdampak serius terhadap stabilitas sebuah negara, termasuk Indonesia.
  • Mengutip dari Will Kenton, seorang ahli dalam bidang ekonomi serta peraturan dan hukum investasi, krisis moneter adalah ketika perekonomian suatu negara mengalami penurunan signifikan, yang ditandai dengan nilai aset yang merosot drastis dan kesulitan yang meningkat bagi masyarakat dan dunia usaha dalam memenuhi kewajiban keuangan.
  • Krisis moneter umumnya ditandai oleh beberapa fenomena yang memengaruhi kondisi ekonomi suatu negara.

Apa itu Krisis Moneter?

Mengutip dari Will Kenton, seorang ahli dalam bidang ekonomi serta peraturan dan hukum investasi, krisis moneter adalah ketika perekonomian suatu negara mengalami penurunan signifikan, yang ditandai dengan nilai aset yang merosot drastis dan kesulitan yang meningkat bagi masyarakat dan dunia usaha dalam memenuhi kewajiban keuangan. Situasi seperti ini sering mengakibatkan lembaga keuangan, khususnya perbankan, mengalami defisit likuiditas yang menghambat kelancaran operasi keuangan mereka (Will Kenton, 2024).

Krisis ini sering kali menyebabkan kepanikan di kalangan masyarakat dan investor. Hal ini mengakibatkan mereka segera menjual aset dan menarik dana dari rekening tabungan untuk menghindari kerugian lebih lanjut akibat penurunan nilai aset yang terus berlanjut. Respons bersama ini tidak hanya memperburuk kondisi pasar saham dan mengancam stabilitas ekonomi, tetapi juga meningkatkan risiko terjadinya krisis mata uang, melemahkan kepercayaan pada sektor keuangan, dan dalam beberapa kasus, memberikan dampak ekonomi yang meluas ke wilayah lain bahkan secara global.

Karakteristik Krisis Moneter

Krisis moneter umumnya ditandai oleh beberapa fenomena yang memengaruhi kondisi ekonomi suatu negara. Salah satu contoh yang dipaparkan oleh kompas.com, dalam artikelnya yang berjudul 'Krisis Moneter: Pengertian dan Dampaknya', adalah penurunan drastis nilai mata uang lokal terhadap dolar AS atau mata uang asing lainnya.

Depresiasi yang signifikan ini biasanya disebabkan oleh tekanan pasar yang muncul akibat peningkatan permintaan terhadap mata uang asing secara tiba-tiba. Selain itu, terjadi penurunan cadangan devisa yang cukup tajam, sebagai upaya pemerintah untuk menjaga stabilitas mata uangnya. Krisis kepercayaan juga menjadi masalah serius yang memicu arus keluar modal asing secara besar-besaran karena penurunan kepercayaan investor mengakibatkan likuiditas yang terhambat, menggoyahkan stabilitas sektor perbankan.

Faktor Penyebab Krisis Moneter

Untuk memahami krisis moneter yang melanda Indonesia, sangat penting untuk menyelidiki lebih jauh berbagai faktor yang menjadi pemicunya. Melansir dari Lepi T. Tarmidi, dalam publikasinya di Bulletin of Monetary Economics and Banking yang berjudul 'Krisis Moneter Indonesia: Sebab, Dampak, Peran IMF dan Saran', berikut ini beberapa faktor berdasarkan krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 (Lepi T. Tarmidi, 1999):

1. Beban Utang Luar Negeri yang Tinggi

Pada dekade 1990-an, Indonesia mengalami peningkatan akumulasi utang luar negeri, terutama dari sektor swasta. Antara tahun 1992 dan 1997, terjadi peningkatan cepat dalam utang luar negeri swasta dengan tenor pendek rata-rata selama 18 bulan. Hal ini menyebabkan ekonomi Indonesia rentan terhadap fluktuasi pasar valuta asing. Saat terjadi pelemahan nilai tukar rupiah, banyak utang tidak dapat dilunasi tepat waktu, yang kemudian meningkatkan risiko krisis.

2. Sistem Devisa Bebas Tanpa Regulasi Ketat

Pada saat itu, Indonesia menjalankan sistem devisa bebas yang memungkinkan arus masuk dan keluar valuta asing tanpa pembatasan yang ketat. Meskipun sistem ini menggalakkan investasi bebas, saat krisis melanda, kurangnya pengawasan menyebabkan memburuknya depresiasi rupiah karena pemerintah kekurangan cadangan devisa yang memadai untuk menahan tekanan pasar.

3. Overvaluasi Nilai Tukar Rupiah

Sebelum terjadi krisis, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS stabil namun cenderung overvalued. Situasi ini menyebabkan barang impor lebih terjangkau dibandingkan dengan barang lokal, yang memicu peningkatan konsumsi produk impor dan merugikan daya saing produk dalam negeri. Saat spekulan mulai menyerang, nilai tukar rupiah yang tidak mencerminkan nilai sebenarnya ini tidak dapat dipertahankan, sehingga menyebabkan depresiasi tajam.

4. Kerapuhan Sistem Perbankan

Pada masa itu, sektor perbankan Indonesia mengalami ketidakstabilan karena kebijakan pinjaman yang kurang berhati-hati. Banyak bank mengalirkan dana dari pinjaman asing ke sektor-sektor yang kurang produktif, seperti properti dan hiburan, yang tidak menghasilkan devisa untuk melunasi hutang. Ketika krisis muncul, bank-bank ini menghadapi masalah likuiditas dan beberapa di antaranya mengalami kebangkrutan.

5. Krisis Kepercayaan dan Ketidakstabilan Politik

Krisis moneter di Indonesia juga disebabkan oleh krisis kepercayaan yang semakin parah akibat ketidakpastian politik menjelang Pemilu dan kekhawatiran masyarakat terhadap kondisi kesehatan Presiden Soeharto pada saat itu. Ketidakpastian ini menyebabkan investor enggan untuk menginvestasikan kembali dan pelaku ekonomi domestik mulai mentransfer aset mereka ke luar negeri. Keadaan ini menjadi semakin buruk oleh ketidakstabilan politik dan sosial yang menambah keraguan terhadap ekonomi Indonesia.

6. Peran Spekulan Asing dan Hedge Funds

Dalam konteks pasar bebas, peran spekulan dalam memperparah krisis moneter sangat signifikan. Di Indonesia, para spekulan memanfaatkan situasi di mana nilai rupiah terlalu tinggi (overvalued) dengan melakukan short-selling, yang pada akhirnya dapat mempercepat depresiasi rupiah dan menekan lebih lanjut nilai tukarnya.

Hadapi Tantangan Ekonomi Bersama OneTalk

Dalam menghadapi krisis moneter, diperlukan pemahaman mendalam tentang ekonomi serta respons yang cepat dan efisien, terutama dalam menjaga komunikasi dengan pelanggan dan klien. Di tengah ketidakpastian ekonomi, layanan komunikasi seperti yang disediakan oleh TapTalk.io dan OneTalk dapat menjadi solusi yang krusial.

Melalui platform ini, bisnis dapat menjaga kelancaran komunikasi, meningkatkan pengalaman pelanggan, dan merespons pertanyaan serta kekhawatiran secara langsung. Dengan bantuan TapTalk.io dan OneTalk, hubungan dengan pelanggan diperkuat, kepercayaan tetap terjaga, dan nilai tambah diberikan dalam menghadapi tantangan ekonomi yang tak terduga.

Tertarik untuk mengetahui lebih lanjut terkait layanan yang ditawarkan oleh OneTalk untuk bisnis Anda? Kunjungi website kami untuk mengetahui lebih lanjut!

Baca Juga: Rahasia Sukses Berkomunikasi dengan Pelanggan yang Wajib Kamu Tahu!

Related Posts